Rasanya Jadi Relawan Tanggap Darurat di Lokasi Gempa 6.2 SR Mamuju

 Rasanya Jadi Relawan Tanggap Darurat di Lokasi Gempa 6.2 SR Mamuju


Mamuju Banyak kejadian tak terduga di awal tahun 2021 ini, salah satunya adalah gempa bumi berkekuatan 6.2 SR yang mengguncang Mamuju di Sulawesi Barat pada 15 Januari 2021 lalu. Gempa ini juga menyebabkan runtuhnya gedung pemerintahan provinsi Sulawesi Barat. Kondisi ini membuat Mamuju lumpuh total tak berdaya. Banyak sekali rumah, sekolah, tempat ibadah yang hancur bahkan pusat perbelanjaan satu-satunya di Mamuju yang baru dibangun pada tahun 2019 lalu juga ikut hancur akibat dari gempa bumi ini.

Tak bisa dipungkiri lagi bahwa keadaan ini membuat banyak orang simpatik terutama pada kalangan NGO ataupun organisasi-organisasi lainnya yang terjun langsung ke lokasi bencana untuk tanggap darurat baik itu melalui bantuan langsung, bantuan psikososial maupun relawan yang datang untuk melakukan peninjauan agar nantinya akan diolah untuk dilakukan distribusi bantuan agar bantuan yang diberikan didistribusikan tepat sasaran.


Dalam kesempatan ini saya dipercaya untuk terjun langsung ke lokasi dengan membawa misi menyalurkan sekaligus melakukan peninjauan. Tergabung dalam misi kemanusiaan ini tentunya membuat semangat untuk membantu sesama semakin tinggi. Meskipun ini bukan pertama kalinya terjun langsung ke lokasi bencana karena mengingat kondisi tempat tinggal yang saat ini juga sering sekali di terjang banjir, namun kondisi benar-benar sangat berbeda apalagi lokasi bencana ini sangat jauh dari rumah. Tapi karena aktivitas di luar ruangan merupakan hobi it's ok lah :) 

Biasanya ketika wilayah disekitar rumah diterjang banjir hal yang sering dilakukan adalah membantu evakuasi dan membagikan sejumlah makanan dengan menggunakan perahu karet untuk penghuni yang terjebak banjir, tapi itu hanya bertahan 1 hingga 2 hari saja tergantung dari kondisi curah hujan. Setelah itu keadaan kembali normal. Berbeda dengan lokasi gempa bumi yang mengakibatkan banyak keluarga kehilangan rumahnya. Meskipun keadaan sudah mulai membaik masih banyak para pengungsi yang tinggal di bawah tenda pengungsian. Walaupun terkadang di beberapa titik lokasi banjir banyak juga keluarga yang kehilangan rumahnya akibat debit dan arus air yang cukup tinggi.






Bahkan ketika saya berbicara langsung dengan beberapa pengungsi bahwa hal yang sangat sulit dihilangkan adalah trauma psikologis yang selalu terbayang dipikirannya. Salah satunya ada yang bercerita ketika sedang tertidur lalu mendengar suara-suara jatuh yang keras, saat itu juga langsung bangun dengan kondisi panik seolah-olah gempa itu datang lagi. Selama 10 hari saya di lokasi memang terkadang masih merasakan gempa-gempa kecil, bahkan untuk mendirikan tenda untuk berteduh benar-benar harus jauh dari bangunan ataupun tembok yang berpotensi roboh sewaktu-waktu. Meskipun begitu jadi relawan kemanusiaan banyak banget kasih pengalaman, salah satunya adalah bisa naikin pesawat ATR 72-500 yang merupakan pesawat ATR 72 seri lama, untuk seri terbarunya ada ATR 72-600.


Yang benar-benar membuat kondisi semakin sulit saat tanggap bencana di Mamuju adalah keterbatasan air yang benar-benar sangat minim. Saat itu untuk mandi bisa dihitung dengan jari selama 10 hari di lokasi terhitung 2 hari sekali baru bisa merasakan yang namanya mandi itupun juga asal siram saja yag penting basa kena sabun agar badan tidak lengket. Ditambah untuk membeli bahan logistik harus menempuh perjalanan selam 2 jam menggunakan mobil. Hal ini harus dilakukan untuk bisa bertahan di lokasi gempa. Tapi bagaimana dengan para pengungsi?


Mencoba untuk tetap ceria tapi kondisi masih sulit, mereka tidak tahu sampai kapan harus tinggal di tenda pengungsian. Dan yang pasti mereka masih sangat membutuhkan kita masyarakat Indonesia yang masih peduli dengan sesamanya.





Powered by Blogger.